Cara “Mencuri” Keyword dan Traffic dari Kompetitor
Kompetitor merupakan individu maupun korporasi yang berbagi market atau pasar yang sama dengan website kita. Jika kalian memiliki kompetitor maka bagus! Artinya sektor industri yang sedang kalian geluti memang memiliki potensi finansial. Calon investor jauh lebih peduli tentang data kompetitor yang kalian miliki daripada optimisme tanpa dasar.
Meski bagus untuk memiliki kompetitor atau lawan bisnis, kita harus selalu berhati-hati dan bekerja lebih keras. Dengan adanya kompetitor akan jauh lebih sulit untuk mendapat pengguna atau pelanggan baru.
Jika kasusnya adalah website, tentu akan lebih sulit bagi kita untuk meranking di Google dan sulit untuk mendapatkan trafik. Di artikel kali ini kita akan membahas cara untuk memata-matai dan „Mencuri“ dari kompetitor.
Shortcut
Saat kita membuat produk, tentu sebelumnya kita harus melewati riset yang sangat panjang dan memakan banyak biaya. Mulai dari pemilihat target audience yang tepat, melakukan validasi, eksperimen trial dan error serta masih banyak lagi.
Normalnya butuh waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk menyempurnakan sebuah produk, dalam kasus yang kita bahas kali ini yakni website.
Tapi tahukah kalian bahwa kita bisa mengambil jalan pintas dan memotong begitu banyak waktu serta resource untuk mengembangkan sebuah website. Ya, kita bisa “mencuri” dari komptetitor yang sudah sukses. Wait, mencuri? Ya mencuri! Yang dimaksud mencuri disini adalah meniru ide dari kompetitor dan merubahnya sesuai kebutuhan dan cirikhas kita.
Dalam praktek nyatanya tiru-meniru merupakan hal wajar dalam dunia bisnis. Tentu saja bukan meniru ambil dan temple tanpa merubah apapun. Mari ambil contoh aplikasi yang sedang booming saat ini yakni Tiktok. Tiktok menyadari bahwa generasi milenials dan gen-z merupakan generasi instan dan serba cepat.
Didunia hyper realitas ini kita tidak punya banyak waktu dan dituntut serba cepat. Begitu pula dengan hiburan. 15 detik pertama dari video merupakan penentu apakah audience akan melanjutkan menonton video tersebut atau tidak.
Tiktok mengangkat metode ini dengan membuat platform video pendek dimana creator harus mampu menarik atensi penonton di 15 detik pertama. Selain itu video pendek merupakan media yang ringan untuk mendapat quick hit of dopamine yang memberikan efek kecanduan pada penggunanya.
Lantas, sekarang ini bisa kita lihat banyak platform yang ingin meniru Tiktok atas kesuksesannya. Misal saja Youtube dengan Youtube Shortsnya. Youtube membuat promosi besar-besaran dengan memberikan dana sebesar 100 miliyar USD untuk creator youtube shorts.
Atau juga Instagram dengan Reelsnya. Keduanya meniru dengan terang-terangan. Hal ini sah-sah saja selama tidak menyinggung hak cipta dan tidak plagiat 100%. “Apa Plagiat? Tidak, tidak, tidak. Ini hanya terinspirasi :)”.
Tentunya Tiktok melibatkan banyak ilmuan dan pakar dari berbagai bidang untuk menciptakan platform video pendek yang candu. Pastinya juga pengembangan tersebut menghabiskan banyak waktu serta resource. Tapi setelah sukses dengan formulasinya, Youtube dan Instagram datang untuk mencontek hasil pekerjaan Tiktok ini.
Nothing New Under The Sun
Sebelumnya saya sudah membahas tentang Garis Tipis Antara Inspirasi dan Plagiasi. Disana kita membahas bawa “Nothing New Under The Sun” dikutip dari pengkotbahan perjanjian lama. Yang dimaksud disini yakni tidak ada yang benar-benar original dan its okay.
Imajinasi kita terbatas oleh realita. Seliar apapun imajinasi kita, pasti datang dari apa yang sudah ada. Misal saja lampu listrik. “Andai saja kita bisa punya matahari didalam rumah yang bisa kita hidup dan matikan sesuka hati”.
Begitu juga realita yang terbatas oleh imajinasi. Yang saya maksud disini adalah seliar apapun imajinasi kita, mungkin saja disuatu tempat atau disuatu waktu dimasa depan nan jauh, imajinasi tersebut menjadi nyata.
Misal saja dulu orang-orang berpikir untuk bisa terbang atau melakukan telepati. Tentu saja ide tersebut dianggap gila pada masanya. Tapi sekarang ini berkomunikasi antar belahan dunia dan terbang ke seluruh penjuru dunia bukanlah sesuatu yang asing dengan smartphone dan pesawat.
Artinya walau kita meniru seseorang, orang yang kita tiru juga pasti meniru dari apa yang sudah ada. Tinggal bagaimana kita merubah dan mengemasnya saja. Sebagai contoh Youtube meniru Tiktok dengan membuat fitur Youtube Shorts. Tapi Tiktok juga pasti menjadikan Youtube sebagai referensi idenya. Dalam hal ini keduanya saling meniru satu sama lain.
Good Artist Copy, Great Artist Steal
Picaso had Said “Good Artist Copy, Great Artist Steal”. Dalam dunia seni, meng-copy adalah kegiatan meniru 100% untuk melihat prespektif dari seniman aslinya. Tujuan utamanya yakni untuk mempelajari style dan metode yang digunakan sang artis.
Sedangkan mencuri dalam dunia seni adalah mengambil bagian bagian yang kita suka dari suatu masterpiece dan membuat karya kita sendiri dari bagian-bagian tersebut.
Tentu banyak orang yang menyalah artikal maksud dari perkataan picaso ini dengan menjiplak karya orang lain terang-terangan. Tapi tujuan utama dari copy dan steal ini adalah menjadikan style, metode, bagian seni atau masterpiece orang lain kedalam diri kita. Bukan secara langsung pada seni yang kita buat.
Originalitas adalah akumulasi. Kita bisa menggabungkan berbagai macam style, metode, seni, benda atau produk untuk menjadi benda yang sama sekali lain. Misal saja, kita tahu bahwa komputer dan handphone pada awal 2000-an merupakan 2 hal yang sama sekali berbeda.
Keduanya memiliki fungsinya masing masing dimana komputer adalah alat pengolah data dan handphone adalah alat komunikasi.
Lalu Apple menggabungkan keduanya menjadi Smartphone yakni Iphone dengan sebutan „Computer that fit in your hand” pada demo pertamanya di tahun 2007 dan menjadi revolusi besar pada dunia industri telpon genggam.
Kita bisa meniru dan mencuri suatu karya untuk menjadi bagian dari style kita sendiri. Atau kita juga bisa menggabungkan 2,3,4 ide berbeda dan menciptakan sebuah produk baru.
Meniru Bukanlah Hal Buruk
Sampai disini mungkin kalian akan menemupkan Ethical Dilema dimana kalian merasa bersalah dan merasa meniru adalah hal yang buruk. Dalam masyarakat kita, kita diajarkan bahwa meniru adalah hal yang buruk, dimana meniru sering diasosisasikan dengan plagiarisme dan ketidak mandirian.
Tentu plagiasi merupakan hal yang buruk, tapi meniru bukanlah plagiasi. Plagiasi sendiri adalah upaya untuk menjiplak suatu karya dan mengakuinya sebagai milik kita.
Meniru adalah metode belajar yang sangat efektif dimana kita bisa melihat prespektif orang lain dan membandingkannya dengan milik kita. Meniru adalah hal yang sangat alamiah dimana dari kita lahir bahkan sampai dengan sekarang, kita terus meniru dan belajar. Meniru adalah hal yang bagus selama kita tidak bergantung atas ide orang lain.
Tapi dalam prakteknya banyak orang-orang melakukan plagiasi dan meniru untuk tujuan komersial. Hal ini memang ethicaly bad namun sah dalam persaingan bisnis. Dengan adanya plagiarisme ini, kita para creator dan pebisnis dituntut untuk selalu berkembang dan kreatif.
Seperti halnya Apple Inc. yang datang dengan ide-ide inovatifnya. Lantas banyak perusahaan lain yang meniru ide-ide tersebut tapi Apple tidak ambil pusing dan terus berinovasi.
“Mencuri” Keyword dan Traffic dari Kompetitor
Keyword atau kata kunci merupakan istilah penelusuran yang biasa digunakan oleh pengguna. Tentu untuk menarik audience sebanyak mungkin, content writer akan terlebih dahulu melakukan research keyword dimana kita akan mencari keyword berdasarkan volume pencarian dan persaingan. Proses research ini memakan banyak waktu, tenaga dan resource.
Seperti halnya ide, kita bisa “mencuri” keyword dari kompetitor untuk memotong penggunaan waktu dan resource. Kita tahu bahwasannya kompetitor adalah individu atau perusahaan yang juga berbagi market yang sama atau serupa. Dengan berbagai tools seperti Semrush, Ubersuggest dan Tools lainnya, kita bisa melihat ranking keyword milik kompetitor dan “mencuri”nya.
Tentu bukan hal mudah untuk mencuri posisi ranking kompetitor dalam suatu keyword penelusuran. Hanya dengan mengetahui ranking keyword milik kompetitor, tidak berarti kita dapat mencuri posisi tersebut. banyak indikator penentu Google untuk meranking suatu website. Walau disebut mencuri, semuanya soal persaingan.
Kali ini kita akan membahas secara detail cara mencuri keyword dan traffic dari kompetitor menggunakan pendekatan ATM-P (Amati, Tiru, Modifikasi, Perbaiki). Untuk meranking di Google, kita hanya perlu sedikit lebih baik atau sedikit berbeda dari Kompetiror.
Mengetahui Ranking Keyword Kompetitor
Seperti yang sempat disinggung diatas, sekarang ini kita bisa “memata-matai” website kompetitor dengan berbagai tools dan mengetahui ranking keyword, detail SEO, traffic dan lain sebagainya. Tentu tools seperti ini tidak gratis,
tapi juga memberikan akses gratis terbatas. Misal saja Ubersuggest. Hanya dengan memasukkan domain kompetitor kita bisa tahu ranking keyword website tersebut dan detail SEO lain seperti Backlink, Traffic, Top Page dan lain sebagainya.
Ubersuggest memberikan 3 akses terbatas setiap hari dan juga uji coba full akses gratis selama 7 Hari. sabagai contoh kita akan menggunakan website tribunnews.com sebagai website kompetitor untuk dianalisa.
Disini kita bisa melihat overview data penelusuran dan data SEO dari website tribunnews.com. selanjutnya untuk mengetahui ranking keyword dari website kompetitor, kita bisa melihat di menu keyword by traffic.
Karena tribunnews.com merupakan website yang besar tentu ranking keywordnya terlihat cukup berat. Tapi hasilnya akan sangat berbeda jika kita bisa mengidentifikasi situs kompetitor yang tidak terlalu besar.
Misal saja kita memiliki bisnis di bidang foto prewed. Kita bisa mencari kompetitor di Google dengan keyword “Foto Prewed Surabaya” dan scroll ke bagian related search untuk mengetahui penelusuran terbanyak.
Klik salah satu keyword paling relevan atau kalian juga bisa memeriksanya satu persatu. Coba perhatikan hasil penelusuran dan cari website yang tidak terlalu familiar seperti detik.com atau tribunnews.com misal saja : alamatjalan.com dan mediaini.com
Kita bisa mencoba menganalisa domain tersebut dengan tools Ubersuggest dan melihat ranking keyword dan top page berdasarkan volume penelusurannya.
Disini kita bisa melihat bahwa website mediaini.com adalah website dengan spesifikasi „info lokasi atau referensi dan rekomendasi tempat“. Kita bisa meniru konsep website tersebut. Dan lagi kita bisa melihat bahwa domain authority website mediaini.com terbilang kecil sehingga kemungkinan untuk mencuri peringkatnya juga cukup tinggi. Dengan ini kita bisa mengetahui informasi dasar dan ranking keword kompetitor kita.
Oh iya, riset aritkel ini menggunakan free version dan itu sudah sangat cukup jika kita tepat dalam menggunakannya. Ingat bahwa Ubersuggest, semrush atau tools SEO lainnya hanyalah alat. Semuanya tergantuk the man behind the gun. Kayu dan kail sudah sangat cukup untuk pemancing handal. Dan kunci mobil hanya akan menjadi mainan ditangan seorang bayi.
Mengamati Konten dan Situs Kompetitor
Setelah menemukan kompetitor dan ranking keyword yang akan dibidik, selanjutya adalah untuk mengamati konten kompetitor. Kita harus memahami terlebih dahlu misi awal Google adalah untuk mengorganisir informasi untuk dapat diakses dengan mudah dan memberikan kebermanfaatan bagi pembacanya.
Dalam hal ini terdapat 3 faktor yang harus kita perhatikan dalam konten dan situs kompetitor.
Informasi
Apa yang orang cari di Google? Informasi, orang-orang datang untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Berdasarkan penelitian tentang “how users read on Web” pengguna cenderung melakukan scanning dan mengambil informasi yang dibutuhkan dibanding membaca artikel kata-perkata.
Perlu diakui kita malas untuk membaca. Andai kita bisa mendownload langsung informasi kedalam otak kita walau harus mengorbankan dua jari tangan, mungkin kita akan melakukannya.
Oleh karena itu kita harus memastikan bahwa suatu artikel harus scannable, terstruktur dan mudah dibaca. Kita bisa mengamati bagaimana kompetior membawakan informasi dan narasinya kepada pembaca.
Dari sini kita dapat mengambil dua kesimpulan. Kesimpulan pertama adalah metode yang digunakan kompetitor untuk meranking. Dan kesimpulan kedua adalah tingkat kesulitan untuk berkompetisi dengan konten kompetitor.
Jika kompetitor memiliki metode penyampaian informasi yang bagus. Kita bisa meniru dan menerapkannya di website kita dan menambahkan apa yang kurang. Atau jika kompetitor ternyata memiliki banyak kekurangan dalam penyampaian informasi, maka kita bisa dengan mudah menyalip dan merebut ranking penelusurannya.
Aksesibilitas dan Readibilitas
Di era digitalisasi ini kita membutuhkan informasi yang cepat dan mudah diakses. Misal saja kita sedang mencari sebuah informasi dan menemukan hasil penelusuran yang sesuai. Lalu saat kita klik di salah satu penelusuran tersebut, ternyata website yang kita buka sangat lambat. Kira-kira seberapa besar kalian akan menutup halaman tersebut dan mencari di website lain? Coba tulis di kolom komentar!
Kecepatan merupakan hal mutlak bagi pengunjung di era digitalisasi ini. Hal ini juga didukung dengan beberapa update algoritma serta fitur page speed seperti pagespeed insight dan AMP atau accelerated mobile page. 80% dari pengguna internet saat ini dijalankan melalui smartphone atau telpon genggam. Saat kita tahu bahwa kompetitor yang kita amati memiliki website yang sangat cepat, tentu kita harus mengimbanginnya.
Selain kecepatan, pengguna juga sangat peduli terhadap aksesibilitas dan readibilitas. Yang dimaksud disini adalah mudahnya akses ke informasi serta keterbacaan konten. Misal saja kita sering menemukan website dengan iklan popups atau pop under yang sangat mengganggu. Hal ini tentu mempengaruhi aksesibilitas dan readibilitas pengguna.
Yang pertama banyaknya iklan dapat memperlambat loading website. Tidak jarang juga iklan justru menutupi konten utama. Dilain kasus terdapat website yang membingungnkan pembaca dimana pengguna tidak bisa membedakan mana informasi utama dan mana iklan. Ya, kita tahu bahwa mengembangkan website juga butuh uang. Tapi gak gitu juga, okay?
Relevansi dan kebermanfaatan
Hal terakhir yang perlu kalian perhatikan dalam konten kompetitor yakni relevansi dan kebermanfaatan. Ada kasus dimana suatu konten meranking tidak pada tempatnya. Hal ini terjadi hanya karena keyword yang ia ranking ternyata memiliki persaingan yang sedikit. Jika kalian menemukan kompetitor seperti ini, bisa dibilang ini adalah mangsa empuk. Kita hanya harus membuat konten yang lebih relevan.
Sebagai contoh “kasus fitur ask Google”. di luar negeri, para penggunanya sering menggunakan questions terms dimana mereka menanyakan Sesuatu dan ada artikel yang memang khusus menjawab pertanyaan tersebut. misal saja keyword “Does Domain Authority affect ranking?”.
Disini kita bisa melihat bahwa ada artikel khusus untuk menjawab pertanyaan tersebut dan lagi ada cuplikan “people also ask…” dimana Google memberikan jawaban atas pertanyaan serupa. Sangat berbeda dengan penelusuran dalam Bahasa Indonesia.
Tidak ada artikel khusus yang benar-benar menjawab “apakah domain authority mempengaruhi ranking google?”. Hal ini disebabkan memang belum ada atau sedikit orang yang mencari. Tapi saya yakin bahwa Indonesia merupakan pasar yang sedikit terlambat dari dunia internasional. Biasanya apa yang bisa diterapkan dan menjadi trend secara global, cepat atau lambat pasti akan terjadi di Indonesia.
Dari hasil penelusuran tersebut kita bisa menemukan ranking keyword artikel yang kurang relevan. Kita bisa membuat artikel yang lebih relevan dari keyword tersebut dan mencuri traffic yang memang tidak layak mereka dapatkan.
Melihat SEO Factor Website Kompetitor
Saat bicara soal SEO factor kita mungkin akan langsung menyebut Domain Authority, Backlink dan lain sebagainya. Here’s the problem, Kita selalu melihat SEO sebagai metrics dari sisi luar website tapi tidak benar-benar memperhatikan On Page SEO. Hasilnya para blogger atau content writer pemula sering melakukan kegiatan spamming bahkan sampai membeli backlink.
Pertama Domain Authority dan Page Authority bukan faktor SEO melainkan matrix dari pihak ketiga yang mengukur seberapa besar kemungkinan suatu situs untuk meranking. Banyak orang menyalah artikan fungsi DA/PA dan justru menjadikannya sebagai tujuan. Perlu kita pahami, perbedaan tujuan akan memberikan dampak yang sangat signifikan.
Misal saja kita bertujuan meningkatkan DA/PA karna kita beranggapan bahwa DA/PA adalah faktor ranking Google. Hasilnya kita mungkin mengambil jalan yang sedikit „Spammy” dan Google tidak menyukai hal tersebut. tentu berbeda jika tujuan kita adalah untuk meranking di Google. Untuk meranking di Google kita akan belajar berbagai teknik SEO dan cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Kedua, banyak orang tidak memahami fungsi backlink secara fundamental. Saya setuju bahwa backlink merupakah salah satu faktor ranking di Google. Secara sederhana backlink meruakan bentuk referensi suatu situs terhadap konten dalam situs kita. Seperti “Hey, website ini berisikan konten yang valuable!”. Hal ini menjadi jejak yang baik dimata Google dimana sebuah website telah mengakui validitas konten kita dan memberikan credit terhadap konten tersebut.
Karena mispersepsi orang-orang di dunia blogging dan content writing di Indonesia, dimana backlink hanya sebatas link yang meningkatkan peringkat, Orang-orang justru menggunakan metode yang sekali lagi “Spammy”.
Tentu akan berbeda jika orang-orang paham tentang prinsip fundamental backlink terhadap SEO. Mungkin orang-orang akan mengambil pendekatan yang lebih baik, seperti membuat konten sebaik mungkin agar dapat dipercaya dan mendapatkan backlink.
Tidak hanya itu, dikalangan Blogger dan content writer tersebar sebuah mitos dimana memberikan backlink kepada situs lain akan merugikan website kita. Hal ini tidak sepenuhnya benar tapi juga tidak sepenuhnya salah. Pertama memberikan credit atas referensi merupakan jejak yang baik dimata Google.
Dengan memberikan Backlink atas referensi atau memberikan mutual link kepada website lain akan meningkatkan kredibilitas konten kita. Backlink ini bisa menjadi bukti bahwa konten yang kita buat mempunyai dasar riset yang kuat. Kedua memberikan backlink memang mungkin merugikan situs kita. Tapi jika dan hanya jika kita memberikan backlink terhadap situs kompetitor kita sendiri.
Disini masalahnya. Kita seringkali kurang kreatif atau bahkan cenderung malas untuk mencari referensi. Seringkali kita justru hanya melakukan riset di website kompetitor kita sendiri. Lantas bangaimana kita bisa menyaingi suatu konten yang menjadi satu-satunya sumber referensi dari website kita?
Kita bisa sedikit lebih kreatif dengan melakukan research di website berbahasa asing. Atau kita juga bisa melakukan research di Yotube. Banyak cara dan metode yang bisa kita lakukan untuk melakukan riset. „Banyak jalan menuju Roma“.
Lalu jika bicara soal backlink, kita juga bisa mengamati pengguaan internal link dalam website kompetitor kita. Internal link merupakan bentuk konektivitas antar satu konten dengan konten lainnya.
Membuat rencana artikel dan membentuk rantai internal link yang baik adalah salah satu nilai plus dimata Google. Dengan demikian maka website kita nampak menyajikan informasi yang dalam dan terencana.
Selain itu terdapat juga link yang bernama Table of Content dimana seperti yang kalian lihat di website ini, berisikan jump link ke sub bahasan dalam suatu artikel. Table of content ini akan sangat berguna untuk navigasi pembaca agar dapat dengan mudah menuju informasi yang ia cari. Dan lagi, Table of Content juga bagus dimata Google dan bahkan memiliki Rich Snippet nya sendiri.
Pilih Keyword yang akan Diranking
Setelah puas dengan riset dan pengamatan pada situs kompetitor, langkah selanjutnya yakni mengumpulkan, mengkomparasikan dan memilih keyword yang paling sesuai untuk kita ranking atau kita „curi“ dari kompetitor kita. Tentu kita bisa menggunakan matrix seperti DA/PA dan jumlah backlink dari website kompetitor sebagai tolak ukur.
Selain itu kita juga bisa menggunakan fitur keyword dari Ubersuggest dan melihat tingkat kesuilatan keyword tersebut. Tentu fitur ini hanya berupa prediksi dan tidak sepenuhnya akurat. Tapi setidaknya kita punya gambaran kasar atas seberapa sulit untuk meranking suatu keyword. Sebagai contoh website mediaini.com meranking di beberapa keyword yang bisa kita lihat di tools Ubersuggest.
Bisa kita lihat dari screenshot diatas, terdapat ranking website competitor berdasarkan tingkat kesulitasn keyword dan juga posisinya dalam penelusuran. Tentu contoh diatas memiliki keyword yang terlalu luas untuk di implementasikan kedalam sebuah konten. Kita bisa menggunakan tools keyword ideas dari Ubersuggest untuk mendapatkan ide-ide keyword serupa.
Dengan menggunakan fitur tersebut, kita bisa merubah satu keyword dasar menjadi ratusan hingga ribuan keyword turunan yang dapat kita ranking. Selanjutnya kita hanya perlu memilah keyword turunan yang paling sesuai dengan tujuan kita.
Misal saja kita adalah seorang pengusaha digital print di Surabaya kita bisa fokus dengan keyword “digital print surabaya”. Atau jika kita hanya menginginkan traffic dan bergantung pada iklan, kita bisa membuat semua artikel dari keyword yang bisa kita ranking. Tentu seusai dengan Niche website kita.
Karena artikel kali ini ternyata lebih panjang dari yang saya perkirakan, materi selanjutnya akan saya bahas dalam artikel berbeda yakni tentang Membuat Konten yang Mengungguli Konten Kompetitor dan juga artikel tentang Peniru yang Lebih Sukses dari Originalnya. Baik saya rasa cukup untuk artikel kali ini dan semoga artikel kali ini beramanfaat.
Jika kalian suka dengan artikel ini atau memiliki pertanyaan tentang topik terkait, silahkan tinggalkan pesan di kolom komentar dibawah ini. Saya Arjun dan Salam Mahasiswa!