Ini Kenapa Kamu Bisa Menilai Seseorang dari Penampilannya

Kita setidaknya pernah mendengar istilah „Don’t Judge a Book by It Cover“ sekali seumur hidup. Makna dari idiom tersebut amatlah mulia dimana tidak seharusnya kita menilai sebuah buku hanya berdasarkan covernya. Idiom ini seringkali di asosiasikan pada penampilan seseorang.

Misal saja, kita tidak pernah tahu bahwa seseorang dengan penampilan yang menyeramkan ternyata baik. Namun dalam prakteknya di dunia nyata, menilai seseorang dari penampilannya merupakan hal yang lumrah. Di artikel kali ini kita akan membahas kenapa kamu bisa dan „harus“ menilai seseorang dari penampilannya.

Judge a Book by It Cover

Ini Kenapa Kamu Bisa Menilai Seseorang dari Penampilannya

Saat datang ke toko buku seperti grammedia, hampir semua buku tersampul plastik dan tidak boleh dibuka. Tentu hal pertama yang kita lihat dari buku tersebut adalah covernya. Mulai dari judul, gambar, typografi dan bahkan kadang di cover belakang buku terdapat synopsis.

Fungsi Cover

Cover dari sebuah buku merupakan representasi buku tersebut, setidaknya dari persepsi awal calon pembaca. Bisa dibilang bahwa cover merupakan bentuk komunikasi pertama antara penulis dengan calon pembaca. Tentunya cover inilah yang akan menentukan apakah calon pembaca akan membeli buku tersebut atau tidak.

Cover Menggambarkan Isi

Saat kita melihat sebuah buku dengan gambar kastil dan naga tentu kita akan langsung tahu bahwa buku tersebut bergenre Fantasi. Atau saat kita melihat cover dengan gambar siluet dan kaca pembesar kita akan langsung tahu bahwa buku tersebut bergenre detektif dan misteri.

Lalu saat kita membaca judul “Tutorial Adobe Photoshop for Beginner” tentu kita tahu isi buku tersebut adalah tentang pandual dasar photoshop. Tidak hanya itu, desain, penggunaan font, hirarki, menunjukkan kesan tertentu pada calon pembaca. Misal saja jika cover buku tersebut di design secara seadanya, mungkin akan memuncul pikiran seperti :

  • Buku itu terlihat jelek
  • Buku itu terkesan murahan
  • Buku itu terkesan tidak professional

Tentu akan berbeda jika sebuah cover buku di desain dengan baik dan benar. Mungkin akan muncul pikiran positif seperti :

  • Sepertinya itu buku yang bagus
  • Buku itu terlihat professional
  • Buku itu keren sekali

Menilai Seseorang Dari Penampilannya

Idiom “Don’t Judge a Book by It Cover” seringkali di asosiasikan dengan penampilan seseorang. Lantas bisakah kita menyamakan manusia dengan buku? Dalam prakteknya masyarakat memang menilai seseorang dari penampilannya.

Halo Effect

Sebagai contoh, terdapat sebuah Cognitive Bias bernama Halo Effect. Secara sederhana Halo Effect merupakan bias dimana masyarakat akan mengasosiasikan seseorang berdasarkan penampilannya.

Misal saja seseorang influencer yang cantik dan tampan akan diasosiasikan sebagai orang yang baik, pintar dan memiliki kapabilitas tinggi. Jika kita melihat sebuah film atau sinetron, kita akan langsung tahu siapa pihak baik dan pihak jahatnya hanya dari penampilan dan perangai yang ditampilakn.

Konsepsi dan Mekanisme „Firasat“

Sebuah study membuktikan bahwa kita dapat menilai seseorang secara akurat dari penampilan mereka. Misal pada suatu saat kita bertemu dengan orang baru dan seketika kita memiliki „Feeling“ Tentang orang tersebut baik itu cocok atau tidak.

Secara tidak sadar, alam bawah pikiran kita melakukan kalkulasi dan assessment terhadap orang tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Interaksi seperti bagaimana cara lawan bicara kita berpakaian, cara mereka menata rambut, gerakan kecil seperti menggaruk hidung merupakan data yang di komparasi dengan data yang sudah kita punya.

Lalu otak sadar kita menyimpulkan sesuatu bernama “Firasat atau Feeling” terhadap orang tersebut. intuisi, insting atau firasat bukanlah sesuatu yang ajaib dan mistis. Dibalik kesimpulan yang tidak bisa dijelaskan tersebut, pasti terdapat alasan tertentu.

Penampilan Mempengaruhi Diri dan Sebaliknya

Orang-orang menilai penampilan kita dan kita tahu akan hal tersebut. Secara tidak langsung penampilan mempengaruhi diri kita, lebih tepatnya persepsi orang-orang yang mempengaruhi diri kita. Begitu juga sebaliknya, penampilan mencerminkan diri kita layaknya cover pada buku.

Rasa Percaya Diri

Dalam kasus tertentu kita akan lebih percaya diri saat mengenakan setelan mahal dibanding kaos murah dan sandal jepit. Secara tidak sadar kita juga menilai diri kita sendiri. Dengan menggunakan setelan yang sesuai, kita merasa postur kita lebih baik, merasa lebih keren dan nyaman.

Perlakuan Orang Lain

Tidak hanya itu kita akan mendapat perlakuan tertentu saat kita mengenakan setelan mahal dibanding setelan kumal. Perlakuan ini bisa berupa bentuk verbal, tindakan atau sekedar tatapan dan senyuman yang membuat kita merasa bahwa kita diperhatikan. Perlakuan ini dipengaruhi dan mempengaruhi rasa percaya diri kita.

Misal saja saat mengenakan setelan mahal kita merasa bangga saat banyak mata tertuju pada kita. Begitu pula sebaliknya, kita akan minder saat mengenakan setelan yang kumal dan banyak mata melihat. Perlakuan tersebut akan kembali pada diri kita, apakah kita akan menjadi semakin percaya diri atau semakin minder.

Sifat dan Kebiasaan

Secara lebih spesifik kebiasaan dan sifat kita akan mempengaruhi penamilan kita. Misal saja kita memiliki kebiasaan untuk berolahraga, kita akan lebih peduli terhadap kesehatan tubuh dan secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi penampilan kita.

Secara tidak sadar kita juga „suka“ mengekspresikan diri melalui penampilan. Misal saja Almarhum Bob Sadino yang memiliki cirikhas outfitnya yang kasual dengan celana pendeknya. Kita akan langsung mendapat kesan “bos yang rendah hari” hanya dari penampilannya sendiri.

Penampilan Bukan Hanya Soal Fisik

Penampilan sering di identifikasi sebagai struktur wajah atau fisik. Namun penampilan bukan hanya soal fisik. Banyak hal yang mempengaruhi penampilan seseorang seperti :

  • Setelan
  • Kebersihan
  • Gaya Rambut
  • Pilihan Style
  • Pilihan Warna

Setiap unsur penampilan tersebut memiliki dampak terhadap image diri yang terbentuk dan persepsi orang lain.

Fisik Juga Bagian dari Penampilan

Tidak menutup mata bahwa ada orang-orang dengan Privilege. Orang-orang yang terlahir tampan dan cantik diperlakukan lebih baik oleh masyarakat. Normalnya mereka akan menaiki jenjang karir dengan jauh lebih mudah karna mereka likeable.

Pada umumnya perlakuan baik masyarakat sejak lahir tersebut membentuk rasa percaya diri yang tinggi. Ada beberapa kasus dimana mereka sadar akan karunia tersebut dan memanfaatkannya semaksimal mungkin. Misal saja dengan menempuh dunia entertaiment seperti model atau influencer.

Namun pada suatu titik menjadi cantik/tampan dan atraktif merupakan sebuah kukutkan terutama bagi perempuan. Saat seseorang terlahir cantik atau tampan, orang-orang menilai kita berdasarkan bagaimana penampilan kita. Orang-orang cenderung meng-objektifikasi kita dengan komentar “Kamu sangat tampan/cantik“.

Memang terdengar bagus, tapi mereka tidak menilai kita dari segi kapablitias. Di beberapa kasus saat kita berhasil mencapai sesuatu, orang-orang akan mengatakan „Itu karena kamu cantik/tampan“ dan menutup mata atas usaha dan kapabilitas kita.

Genetik Mempengaruhi Sifat dan Bentuk Tubuh

Seorang pria dengan hormon testosteron yang tinggi cenderung memiliki fitur-fitur atraktif pria. Seperti suara menjadi lebih berat, dada menjadi lebih bidang dan tumbuhnya bulu wajah seperti kumis dan jenggot. Selain itu seseorang dengan testosterone yang tinggi akan memiliki sifat “Agresive dan Dominan”.

Begitu juga dengan wanita yang memiliki hormon estrogen dan progesterone yang tinggi cenderung memiliki fitur-fitur atraktif wanita. Seperti kulit yang lebih lembut, payudara yang besar dan bentuk tubuh yang atraktif. Lalu seorang wanita dengan hormone estrogen dan progesterone yang tinggi akan memiliki sifat “Mengayomi dan Lemah mebut”.

Sifat dan bentuk tubuh tersebut datang dari perjalanan evolusi manusia yang amat panjang demi untuk bertahan hidup. Oleh karenanya kita dapat menilai sifat seseorang dari bentuk fisiknya.

Contoh spesifik yakni bentuk kepala (Dahi). Semakin tinggi hormone testosterone biasanya semakin datar dahinya dan semakin tinggi hormone estrogen dan progesterone maka bentuk dahinya akan semakin melengkung. Dari bentuk dahi saja kita bisa mengetahui bagaimana sifat seseorang.

Fisik Bisa Dirubah

Ada beberapa bagian tubuh yang tidak bisa kita rubah seperti tinggi badan, warna kulit,dst. Namun kebiasaan dan usaha dapat merubah bentuk tubuh kita secara dramatis. Misal saja kita mengenal istilah Body Building diamana kita dapat membentuk tubuh ideal yang kita impikan.

Atau kebiasaan sederhana seperti duduk tegak dan pandangan jauh kedepan yang diajarkan dalam pelatihan militer dapat memperbaiki postur dan ketegasan pada lekuk alis. Saya pribadi merasakan perbedaan besar dari kebiasaan kecil dan sederhana yang membuat saya lebih percaya diri dari sebelumnya.

Namun istilah “Fisik Bisa Diubah” juga menunjukkan ketidak akuratan pada beberapa kasus seperti Oprasi Plastik. Dalam kasus ini tentu kita tidak bisa menilai sifat seseorang dari fitur atraktif seperti jawline yang identik dengan maskulinitas. Yah setidaknya kita tahu orang tersebut cukup kaya untuk oprasi plastic :D.

Don’t Judge a Book by It Cover

Dari pembahasan diatas kita bisa mengatakan bahwa kita bisa menilai seseorang dari penampilannya. Namun ada hal yang tidak dapat kita nilai dari luar seperti :

Moral

Hanya karena penampilannya yang menyeramkan, seorang preman sekalipun memiliki moral tertentu. Bahkan dalam penjara terdapat hirarki moral yang meletakan pelaku kekerasan dan pelecehan terutama pada anak pada status terendah.

Tidak jarang juga geng motor yang biasanya memiliki stigma buruk di masyarakat justru sering melakukan kegiatan amal dan kegiatan sosial yang bermanfaat.

Attitude

Attitude merupakan hal yang tidak dapat dinilai dari penampilan. Seseorang dengan pendidikan tinggi sekalipun tidak menjadi jaminan atas attitude. Kita baru akan tahu atas attitude seseorang setelah berbicara beberapa kali dan mengenalnya lebih jauh.

Orang-orang cenderung memberikan impresi awal yang baik dan menutupi sifat asli mereka. Seseorang dengan penampilan menarik dan ramah belum tentu memiliki attitude yang baik dan seseorang dengan penampilan tidak menarik dan terkesan acuh belum tentu memiliki attitude yang buruk.

Kapabilitas

Kapabilitas merupakan hal yang sangat objektif. Kita tidak bisa menilai seseorang tidak kapabel hanya karna penampilannya yang tidak meyakinkan. Misal saja dalam kasus nyata, seorang seniman justru lebih suka berpenampilan bebas dan apa adanya.

Saya pernah kenal seorang lulusan S2 Seni Musik yang hanya mengenakan kaos kutang dan celana pendek dengan tato dan duduk jongkok disuatu sudut ruangan sambil menghisap rokok. Memang siapa yang akan menyangka bahwa beliau adalah lulusan S2 Seni Musik dan bukan pengangguran?

Tapi tahukah kamu image atas kapabilitas dapat dibangun, baca artikel tentang Ini Mengapa Content Marketing Penting untuk Bisnis dan Branding.

Kesimpulan

Secara garis besar, kita bisa „Judge a Book by It Cover” atau menilai seseorang dari penampilannya dalam kasus tertentu. Seperti kebiasaan, sifat dan kepribadian spesifik yang mempengaruhi dan dipengaruhi penampilan. Namun disisi lain ada beberapa kasus dimana kita tidak dapat menilai seseorang dari penampilannya seperti perihal moral, attitude dan kapabilitas.

Sekain untuk artikel kali ini. Semoga bermanfaat! Saya Arjun dan salam Mahasiswa!